Balaslah Kejahatan yang Menimpamu dengan Kasih Sayang (sebuah analisis makna sebuah puisi)
Dengan Kasih Sayang
Dengan kasih sayang
kita simpan bedil dan kelewang
Punahlah gairah pada darah
Jangan!
Jangan dibunuh para lintah darat
ciumlah mesra anak jadah tak berayah
dan sumbatkan jarimu pada mulut peletupan
kerna darah para bajak dan perompak
akan mudah mendidih oleh pelor
mereka bukan tapir atau badak
hatinya pun berusan dengan cinta kasih
seperti jendela terbuka bagi angin sejuk
Kita yang sering kehabisan cinta untuk mereka
cuma membenci yang nampak rompak
Hati tak bisa berpelukan dengan hati mereka
Terlampau terbatas pada lahiriah masing pihak
Lahiriah yang terlalu banyak meminta!
Terhadap sajak yang paling utopis
bacalah dengan senyuman yang sabar.
Jangan dibenci kaum pembunuh
Jangan dibiarkan anak bayi mati sendiri
Kere-kere jangan mengemis lagi.
Dan terhadap penjahat yang paling laknat
pandanglah dengan hati yang jernih.
Dalam puisi ini Rendra ingin mengajak kita berubah sikap. Sikap terhadap manusia yang barangkali sering melakukan dosa dan bahkan menimpakan kesulitan pada orang lain. Dia mengajak kita berpikir dan merenung bahwa sejahat apapun manusia mereka tetap manusia bukan binatang. Mereka tetap manusia yang masih mempunyai hati dan rasa. Rasa itu adalah rasa kasih sayang yang sebenarnya merupakan fitrah manusia.
Penyair bertutur
mereka bukan tapir atau badak
hatinya pun berurusan dengan cinta kasih
Tetapi ternyata kita manusia masih banyak yang hanya melihat lahir seseorang bahkan selalu menghukumi dari lahirih saja, tidak berusaha menghadirkan rasa cinta dan kasih atau melihat bahwa kejahatan terkadang bisa diluluhkan dengan kelemah-lembutan.
Kita yang sering kehabisan cinta untuk mereka
cuma membenci yang nampak rompak
Padahal tatkala seseorang hanya melihat yang lahir, maka sebenarnya manusia akan selalu menuntut dan menuntut karena memang norma nilai jika dilihat dari lahiriah saja akan selalu berubah. Seorang penjahat bisa saja berpenampilan rapi dan baik sehingga kesan jahat menjadi tidak tampak. Atau sebaliknya seorang yang baik tetapi karena sesuatu hal ia hanya bisa berpenampilan seadanya bisa saja ia dianggap oleh orang lain tidak baik karena penampilannya. Karena manusia selalu mematok nilai kebaikan seseorang dari lahiriahnya saja.
Terlampau terbatas pada lahiriah masing pihak
Lahiriah yang terlalu banyak meminta!
Dari segi diksi (pilihan kata) penyair benar-benar berhasil mengoptimalkan makna kata yang dipilhnya. Kata bedil dan kelewang memberi nuangsa akan suatu alat yang digunakan dalam tindak kejahatan yang selalu menumpahkan darah. Sehingga agar kedua sarana ini tidak menumpahan darah …
Kita simpan bedil dan kelewang
Punahlah gairah pada darah
Karenanya penyair minta dengan sangat agar kata-katanya direnung dan didengarkan dengan menghilangkan prasangka
Terhadap sajak yang paling utopis
bacalah dengan senyuman yang sabar.
Dalam puisi ini kesan ajakan untuk bersikap arif terhadap manusia jahat dan terlaknat bisa kita rasakan dengan dimunculkannya kata-kata yang secara diametral berlawanan, yaitu antara kejahatan dan kasih sayang, kata kata tersebut adalah bedil, keliwang, lintah darat, bajak, perampok, pembunuh, penjahat yang kesemuanya dipertentangkan dengan kasih sayang, cinta kasih, angin sejuk, senyuman sabar, hati, jernih.
Akhirnya dari itu semua pesan atau amanat yang bisa kita tangkap dari puisi ini adalah hadapilah setiap kejahatan dengan kasih sayang, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Falsafah hidup mengatakan kalau ditampar pipi kananmu berikan pipi kirimu. Sementara dalam ajaran Islam dibolehkannya pembunuh di qishash (dijatuhi hukuman yang serupa atau ganti dibunuh) tetapi yang paling utama ketika keluarga yang anggotanya dibunuh mau memaafkan.
Dengan kasih sayang
kita simpan bedil dan kelewang
Punahlah gairah pada darah
Jangan!
Jangan dibunuh para lintah darat
ciumlah mesra anak jadah tak berayah
dan sumbatkan jarimu pada mulut peletupan
kerna darah para bajak dan perompak
akan mudah mendidih oleh pelor
mereka bukan tapir atau badak
hatinya pun berusan dengan cinta kasih
seperti jendela terbuka bagi angin sejuk
Kita yang sering kehabisan cinta untuk mereka
cuma membenci yang nampak rompak
Hati tak bisa berpelukan dengan hati mereka
Terlampau terbatas pada lahiriah masing pihak
Lahiriah yang terlalu banyak meminta!
Terhadap sajak yang paling utopis
bacalah dengan senyuman yang sabar.
Jangan dibenci kaum pembunuh
Jangan dibiarkan anak bayi mati sendiri
Kere-kere jangan mengemis lagi.
Dan terhadap penjahat yang paling laknat
pandanglah dengan hati yang jernih.
Dalam puisi ini Rendra ingin mengajak kita berubah sikap. Sikap terhadap manusia yang barangkali sering melakukan dosa dan bahkan menimpakan kesulitan pada orang lain. Dia mengajak kita berpikir dan merenung bahwa sejahat apapun manusia mereka tetap manusia bukan binatang. Mereka tetap manusia yang masih mempunyai hati dan rasa. Rasa itu adalah rasa kasih sayang yang sebenarnya merupakan fitrah manusia.
Penyair bertutur
mereka bukan tapir atau badak
hatinya pun berurusan dengan cinta kasih
Tetapi ternyata kita manusia masih banyak yang hanya melihat lahir seseorang bahkan selalu menghukumi dari lahirih saja, tidak berusaha menghadirkan rasa cinta dan kasih atau melihat bahwa kejahatan terkadang bisa diluluhkan dengan kelemah-lembutan.
Kita yang sering kehabisan cinta untuk mereka
cuma membenci yang nampak rompak
Padahal tatkala seseorang hanya melihat yang lahir, maka sebenarnya manusia akan selalu menuntut dan menuntut karena memang norma nilai jika dilihat dari lahiriah saja akan selalu berubah. Seorang penjahat bisa saja berpenampilan rapi dan baik sehingga kesan jahat menjadi tidak tampak. Atau sebaliknya seorang yang baik tetapi karena sesuatu hal ia hanya bisa berpenampilan seadanya bisa saja ia dianggap oleh orang lain tidak baik karena penampilannya. Karena manusia selalu mematok nilai kebaikan seseorang dari lahiriahnya saja.
Terlampau terbatas pada lahiriah masing pihak
Lahiriah yang terlalu banyak meminta!
Dari segi diksi (pilihan kata) penyair benar-benar berhasil mengoptimalkan makna kata yang dipilhnya. Kata bedil dan kelewang memberi nuangsa akan suatu alat yang digunakan dalam tindak kejahatan yang selalu menumpahkan darah. Sehingga agar kedua sarana ini tidak menumpahan darah …
Kita simpan bedil dan kelewang
Punahlah gairah pada darah
Karenanya penyair minta dengan sangat agar kata-katanya direnung dan didengarkan dengan menghilangkan prasangka
Terhadap sajak yang paling utopis
bacalah dengan senyuman yang sabar.
Dalam puisi ini kesan ajakan untuk bersikap arif terhadap manusia jahat dan terlaknat bisa kita rasakan dengan dimunculkannya kata-kata yang secara diametral berlawanan, yaitu antara kejahatan dan kasih sayang, kata kata tersebut adalah bedil, keliwang, lintah darat, bajak, perampok, pembunuh, penjahat yang kesemuanya dipertentangkan dengan kasih sayang, cinta kasih, angin sejuk, senyuman sabar, hati, jernih.
Akhirnya dari itu semua pesan atau amanat yang bisa kita tangkap dari puisi ini adalah hadapilah setiap kejahatan dengan kasih sayang, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Falsafah hidup mengatakan kalau ditampar pipi kananmu berikan pipi kirimu. Sementara dalam ajaran Islam dibolehkannya pembunuh di qishash (dijatuhi hukuman yang serupa atau ganti dibunuh) tetapi yang paling utama ketika keluarga yang anggotanya dibunuh mau memaafkan.
0 Response to "Balaslah Kejahatan yang Menimpamu dengan Kasih Sayang (sebuah analisis makna sebuah puisi)"
Posting Komentar