Tokoh dan Penokohan Dalam Novel
Selain menyenangkan sastra juga mempunyai manfaat. Inilah sebabnya dikatakan fungsi sastra itu dulce et utile, menyenangkan dan bermanfaat. Karenanya, belajar dan mengajarkan sastra seharusnya akan memunculkan kesenangan dan kenikmatan tersendiri bagi orang yang terlibat dalam proses pembelajaran sastra. Bagi siswa, dengan belajar sastra pada hakikatnya dia belajar tentang hidup dan kehidupan. Pesan yang disampaikan oleh sebuah karya sastra lembut akan merasuk ke dalam diri penikmat sastra tanpa harus merasa digurui atau menggurui. Yah, hal ini memungkinkan karena hakikat karya sastra adalah miniatur kehidupan manusia.
Dalam karya sastra (prosa) di sana ada tokoh dengan berbagai persoalan hidup yang dialaminya. Watak dan tokoh serta persoalan hidup sekaligus penyelesaian permasalahan sang tokoh diungkap lembut dengan penuh nilai-nilai pendidikan oleh sang pengarang. Kelembutan yang disajikan membawa sang penikmat karya sastra mengembara dengan penuh suka cita. Karena, irama sastra yang ditampilkan membuat jenak si pembaca karya sastra menapaki tahapan-tahapan cerita (plot).
Watak atau karakter tokoh pun disampaikan dengan cara yang mengesankan, dengan berbagai cara sehingga ini akan menghindarkan pembaca dari kebosanan.
Ada dua cara yang dilakukan pengarang dalam berusaha memunculkan karakter dari tokoh-tokohya, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung.
Cara langsung artinya pengarang secara langsung menyebutkan karakter tokoh-tokohnya dengan kalimat:
Misalnya, Srintil pasrah dalam ketakberdayaanya. Ia tidak mempuyai pilihan lain kecuali menerima apa yang selalu menimpa pada dirinya.
Sedangkan cara tidak langsung memberikan kebebasan kepada pembaca menafsirkan watak yang dimiliki oleh tokoh cerita.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan pengarang dalam menggambarkan watak tokoh-tokoh ceritanya secara tidak langsung.
Percakapan antartokoh.
Apa yang terucap oleh lisan biasanya tidak jauh berbeda dengan apa yang ada dalam hati seseorang. Atau kebisaan dan watak seseorag akan berpengaruh terhadap kata atau ucapan yang digunakan untuk berkomonikasi. Perhatikan contoh di bawah:
Langit sangat gelap. Mendung tebal menggelantung dan sesekali kilatan sinar menyambar.
"Rin, kenapa kamu jadi murung seperti itu. Bukankah setiap kehidupan seperti roda yang berputar, terkadang di atas terkadang di bawah. Sudahlah, tak perlu disesali musibah yang telah menimpa suamimu", Soraya mengelus bahu sahabatnya.
"Tapi harusnya hal itu tidak terjadi pada suamiku, Aya", suaranya di antara isaknya.
Dari kutipan itu tentu kita bisa mengetahui watak si Soraya. Nah cara seperti ini sering ditempuh oleh pengarang untuk menjelaskan watak dari tokoh-tokohnya.
Selain itu pengarang bisa menggunakan cara lain, yaitu dengan memunculkan pembicaraan batin tokoh-tokohnya atau dengan tanggapan atau reaksi tokoh terhadap sebuah peristiwa atau suatu kondisi.
tambah manfaat, Pak.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusInformasi tentang Tokoh dalam Novel di dalam artikel ini sangat bermanfaat, Kak. Terima kasih.
BalasHapus